KOMUNIKASI AGRIBISNIS
PENYULUH SEBAGAI KOMUNIKATOR DALAM
KOMUNIKASI AGRIBISNIS
Penyusun :
RISKI SABIT WIBOWO P 125040101111071
MAYANG TRISDIANAWATI 125040101111078
CYNTHIA DESY SUKSESIATI 125040101111079
MOH FAIZUN ADI WIJAYA 125040101111081
Dosen pembimbing :
BAPAK SUTOYO
PROGRAM
STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BRAWIJAYA
MALANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah Komunikasi Agribisnis ini dibuat untuk melengkapi
tugas kuliah mata kuliah Komunikasi Agribisnis .
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam pembuatan makalah
ini, serta pihak – pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini terdapat banyak kekurangan, karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna membangun perbaikan makalah yang
akan datang. Penulis juga berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
Malang, September 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................. 1
1.2 TUJUAN ................................................................................... 2
1.3 MANFAAT .............................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 6
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Komunikasi berasal dari bahasa Inggris
communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau
menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara
pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. Jika dua orang
berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan
adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Agribisnis berasal dari
kata Agribusiness, di mana Agriculture artinya pertanian
dan Business artinya usaha atau kegiatan yang berorientasi
profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness)
didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan pertanian dan terkait dengan
pertanian yang berorientasi profit.
Kegiatan
penyuluhan pertanian adalah suatu kegiatan penyampaian informasi kepada orang
lain, dengan harapan orang tersebut dapat berubah perilakunya dengan mau
melaksanakan informasi yang disampaikan. Seseorang berubah perilakunya dapat
disebabkan setelah berinteraksi dengan orang lain. Bila kita ingin berinteraksi
dengan orang lain, maka komunikasi amat diperlukan. Sehingga informasi apa yang
ingin kita sampaikan dapat diterima oleh mereka. Berbicara penyuluhan,
penyuluhan adalah proses pendidikan nonformal, yang intinya ingin merubah perilaku
dari sasaran penyuluhan itu. Perubahan perilaku dapat terjadi apabila terjadi
interaksi penyuluh yang akan menyampaikan informasi baru dengan sasaran dengan
melakukan komunikasi dengan baik. Pertanyaannya, apakah komunikasi sudah
berjalan dengan baik.
Penyuluh
pertanian dapat dan harus menggunakan teknik-teknik komunikasi yang paling
efektif agar sasaran mau menerapkan pengetahuan baru. Melalui komunikasi yang
efektif dapat menunujang keberhasilan penyuluhan pertanian.
1.2
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
pentingnya komunikasi agribisnis.
2.
Untuk mengetahui
peranan penyuluh dalam komunikasi agribisnis.
1.3 MANFAAT
Pembaca mengerti
dan memahami pentingnya komunikasi dalam agribisnis sekaligus peranan penyuluh
di dalamnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi komunikasi
Menurut Hovland, Janis & Kelley (1953) komunikasi
adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus
(biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Menurut Berelson dan Stainer (1964) Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain.
Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka
dan lain-lain.
Menurut Lasswell (1960) Komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan
saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat apa atau hasil apa? (Who? Says what?
In which channel? To whom? With what effect?).
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi
di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan
tertentu.
2.2 Definisi Agribisnis
Agribisnis berasal dari
kata Agribusiness, di mana Agri=Agriculture artinya
pertanian dan Business artinya usaha atau kegiatan yang
berorientasi profit. Jadi secara sederhana Agribisnis (agribusiness) didefinisikan sebagai usaha atau
kegiatan pertanian dan terkait dengan pertanian yang berorientasi profit.
Pengertian Agribisnis Menurut Downey and Erickson (1987) dalam Saragih
(1998): Agribisnis adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi
salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan masukan
dan keluaran produksi (agroindustri),pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan berhubungan
adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang
ditunjang oleh kegiatan pertanian.
2.3 Definisi Komunikasi Agribisnis
Berdasarkan penjelasan
di atas mengenai pengertian komunikasi dan agribisnis, maka dapat disimpulkan
bahwa:
Definisi komunikasi agribisnis adalah suatu
proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang berkaitan
dengan bisnis berbasis usaha pertanian mulai dari aspek
budidaya, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Komunikasi
yang dimaksud dapat berupa hubungan timbal balik antara sesama petani, jasa
transportasi serta para pedagang yang nantinya menjadi tujuan akhir dari sektor
usaha agribisnis tersebut.
2.4 Definisi Komunikator
Komunikator menurut Prof. Dr. H. Hafied Cangara, M.Sc adalah
pihak yang mengirim pesan pada khalayak oleh karena itu, komunikator bisa di
sebut pengirim, sumber, source atau encoder.
Sebagai pelaku utama
dalam proses komunikasi, komunikasi memegang peranan penting, terutama
mengendalikan jalannya komunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus
terampil berkomunikasi, dan juga kaya ide, serta penuh daya kreativitas.
2.5 Definisi Penyuluhan
Ban
(1999) menyatakan bahwa penyuluhan merupakan sebuah intervensi sosial yang
melibatkan penggunaan komunikasi informasi secara sadar untuk membantu
masyarakat membentuk pendapat mereka sendiri dan mengambil keputusan dengan
baik .
Margono
Slamet (2000) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah untuk
memberdayakan masyarakat. Memberdayakan berarti memberi daya kepada yang tidak
berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah dimiliki menjadi sesuatu yang
lebih bermanfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.
Penyuluhan
sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak sekadar upaya untuk
menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih penting dari itu adalah
untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan (Mardikanto,
1987)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pentingnya Komunikasi dalam Agribisnis
Sistem agribisnis umunya
dibagi menjadi empat subsistem, yaitu subsistem hulu,
kegiatan on-farm
(produksi primer), jasa dan pengolahan (produksi tersier), dan
hilir. Keempat
subsitem agribisnis ini adalah yang dinamakan sistem pelaku agribisnis, karena
merupakan pembagian subsistem berdasarkan peranan pelakunya dalam membentuk
keseluruhan sistem.
Setiap subsistem agribisnis didukung oleh
berbagai pihak yang terlibat di dalamnya. Subsistem penyedia sarana produksi
diperankan oleh para penangkar dan penghasil benih/bibit, serta para produsen
pupuk, obat-obatan pertanian. Subsistem produksi primer diperankan seluruhnya
oleh para petani. Subsistem pengolahan terdiri dari para pelaku agroindustri
baik industri kecil, sedang, sampai dengan yang tingkat perusahaan multi
nasional. Subsistem jasa dan pemasaran diperankan oleh para pedagang dan
bandar, kemudian distributor sampai dengan para pengecer dan kios. Sedangkan,
subsistem terakhir (hilir) terdiri dari para konsumen produk pertanian, baik
berupa hasil segar maupun olahan di dalam dan luar negeri.
Adanya komunikasi dan koordinasi yang baik
antar subsistem agribisnis sangatlah penting dalam menunjang keberhasilan
pengembangan agribisnis. Tidak berjalannya koordinasi antar subsistem bisa
menjadi titik rawan dan simpul-simpul lemah bagi keseluruhan sistem. Dalam hal
ini, ketersediaan informasi sangat besar peranannya dalam mendukung komunikasi
dan koordinasi antar subsistem yang lancar. Di negara maju, untuk menjamin
lancarnya informasi dan terjadinya koordinasi yang baik antar subsistem
seringkali dilakukan integrasi vertikal dimana beberapa subsistem yang
dirasakan memiliki potensi penyebab terjadinya biaya transaksi tinggi akhirnya
seringkali diakuisisi kedalam sebuah perusahan korporasi agribisnis yang besar.
Di Indonesia, idealnya jembatan komunikasi antar subsistem ini dikembangkan
dalam bentuk kemitraan yang setara antar pelaku agribisnis yang memiliki
kompetensi berbeda sehingga akhirnya bisa terbentuk suatu sistem koordinasi
vertikal yang efektif dan efisien. Perbedaan antara integrasi vertikal dengan
koordinasi vertikal adalah dalam hal kepemilikan. Terjadinya integrasi vertikal
akan mendukung tumbuhnya pelaku agribisnis yang besar. Sedangkan koordinasi
vertikal akan memberikan lebih banyak kesempatan pada pelaku-pelaku agribisnis
yang kecil termasuk para petani untuk tetap berperan dalam keseluruhan sistem
agribisnis.
Teknologi Informasi Komunikasi merupakan faktor yang sangat
penting dalam mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat. Secara sederhana teknologi informasi mempunyai tiga
peranan pokok:
- Instrumen
dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan memberikan dukungan
terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
- Produk
dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu memberikan
peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan bahkan negara
dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry telematika.
- Teknologi
informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa, melalui
pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi dan area
seluruh wilayah nusantara.
3.2 Peran Penyuluh dalam Komunikasi
Agribisnis
Dalam pelaksanaan
penyuluhan pertanian maka penyuluh pertanian berperan sebagai pendidik bagi
petani merupakan sarana proses pembelajaran dengan memfasilitasi petani untuk
menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan aktif mengacu
kepada praktek paket teknologi pertanian yang lebih modern dari kebijakan
program Pemerintah Pusat Provinsi, Kabupaten, maupun Kecamatan hingga sampai ke
petani. Dalam usaha membantu memperlancar proses pembelajaran dengan materi penyuluhan,
penyuluh dibantu adanya kontak tani. Petani juga melakukan proses belajamya
bersama anggota kelompok tani sebagai kelas kelompok petani menjadikan fungsi
kelompok sebagai wadah kelas belajar bersama bagi petani.
1. Berperan
sebagai pendidik, memberikan pengetahuan atau cara-cara baru dalam kegiatan
usahatani, agar petani terarah dalam melakukan kegiatan usahataninya,
meningkatkan hasil dan mengatasi kegagalan-kegagalan dalam usahataninya.
2. Penyuluh
sebagai Pemimpin
Dilihat
dari peranan penyuluh pertanian sebagai pemimpin memiliki peranan sangat
penting untuk membawa perubahan petani dalam cara berpikir dan cara kerja.
Penyuluh pertanian tidak saja mengajarkan teori melainkan penyuluh juga sebagai
seorang yang memimpin dalam pelaksanaan praktek membimbing petani, mengajarkan
keterampilan yang tepat, membawa petani untuk memperoleh sarana usahatani yang
bermanfaat serta untuk dapat petani mengetahui lebih banyak tentang segala
sesuatu inovasi pertanian.
3. Penyuluh
sebagai Penasehat
Penyuluh
pertanian dalam menjalankan tugasnya juga sebagai penasehat didalam melakukan
pendekatan dengan petani. Penyuluh harus memperhatikan terlebih dahulu cara
berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan materinya dengan menyesuaikan
kemampuan petani yang akan dipengaruhi tersebut, agar materinya yang disampaikan
nantinya dapat diterima dengan baik oleh petani. Namun, terkadang penyuluh juga
tidak dapat memungkiri bahwasanya tidak semua petani dapat menerima dari apa
yang disuluhkan selama ini dan menjadi hambatan bagi penyuluh itu sendiri akan
keterbatasan petani.
Untuk mempermudah perannya sebagai komunikator, maka
pada umumnya para penyuluh menggunakan beberapa metode pendekatan, yaitu :
a.
Metode pendekatan massa (mass
approach method)
Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan pengetahuan awal serta kesadaran bagi petani tentang suatu inovasi
yang berguna dalam meningkatkan hasil produksi usahatani mereka. Penyampaian
pesan melalui cara ini biasanya disampaikan dalam pertemuan massal, melalui
media massa: televisi, koran, film dan sebagainya. Pendekatan ini kurang
efektif bagi petani-petani di Indonesia umumnya dan di Nusa Tenggara Timur
khususnya, karena beberapa faktor berikut: (a) tidak bisa dipantau ataupun
dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh para petani; (b)
wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu luas; (c) rendahnya daya tangkap
masyarakat petani, karena mereka rata-rata berpendidikan sangat rendah; dan (d)
harga beberapa media yang digunakan seperti televisi dan koran sangat sulit
dijangkau oleh tingkat ekonomi para petani.
b.
Metode pendekatan kelompok (group
approach method)
Cara pendekatan komunikasi ini dilakukan melalui penyampaian
informasi inovasi kepada petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok petani,
baik kelompok-kelompok petani tradisional, seperti Subak di Bali dan
kelompok-kelompok petani yang sengaja dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu,
seperti kelompnecapir di TVRI, Kelompok Tani dan Nelayan, Kelompok Swadaya
Masyarakat, dan sebagainya. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, yaitu:
(a) penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik
karena jumlah anggota sasarannya jelas; (b) Diantara anggota kelompok dapat
saling bertukar informasi; (c) antara anggota kelompok dapat dilakukan reward and
punishment system secara efektif dan efisien; dan (d) lebih menghemat biaya, tenaga dan
waktu, tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik. Sebaliknya, pendekatan
kelompok juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut: (a) jika manajemen
kelompok kurang baik, maka akan terjadi penyimpangan; (b) komunikasi akan tidak
efektif jika jenis usaha anggota kelompok beragam; dan (c) kemungkinan akan
muncul kaum elit tertentu dalam kelompok apabila tidak diarahkan secara baik
sehingga akan menghambat kehidupan berdemokrasi kelompok.
c.
Metode pendekatan individu (personal
approach method)
Cara pendekatan
ini dilakukan dengan cara mengunjungi para petani satu per satu, baik ke rumah
petani maupun di kebun petani ataupun tempat-tempat tertentu yang memungkinkan
untuk dilakukan komunikasi inovasi. Keuntungan-keuntung an dari metode
pendekatan perorangan, antara lain: (a) petani yang dikunjungi seorang petugas
merasa dihargai oleh petugas yang melakukan komunikasi pertanian; (b)
meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat dilakukan dari
hati ke hati; (c) petani dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan-
masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama
teman petani; (d) petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan
maupun hambatan-hambatan yang dihadapi petani selama berusahatani; dan (e)
petugas/penyuluh dapat memberikan informasi yang cocok dengan kebutuhan serta
masalah petani pada saat itu. Sebaliknya,
metode pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) tidak
bisa menjangkau petani dalam jumlah yang banyak; (b) memakan waktu yang lama;
(c) membutuhkan biaya yang tinggi; dan (d) membutuhkan banyak tenaga
petugas/penyuluh.
d.
Metode Pendekatan Materi
Berdasarkan
cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi
(khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan
berikut: (a) ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan
demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan alat bantu flipchart dan folder.
Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan komunikasi
dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan pemahaman
serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani
akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam
praktek usahatani mereka.
BAB IV
KESIMPULAN
Komunikasi agribisnis adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan
pengolahan pesan yang berkaitan dengan bisnis berbasis
usaha pertanian mulai dari aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan,
hingga tahap pemasaran. Adanya komunikasi dan
koordinasi yang baik antar subsistem agribisnis sangatlah penting dalam
menunjang keberhasilan pengembangan agribisnis. Tidak berjalannya koordinasi
antar subsistem bisa menjadi titik rawan dan simpul-simpul lemah bagi
keseluruhan sistem. Dan adanya peran penyuluh yang kita
kenal selama ini adalah sebagai pemimpin, penasehan dan juga pendidik.
DAFTAR
PUSTAKA
Hermanto. 1998. IkIim Usaha Tani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Kartasapoetra. A. G.
1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian.
Bumi
Aksara. Jakarta.
Soedijanto,
U. 2004. Menata Kembali Penyuluhan
Pertanian di Era
Agribisnis.
Departemen
Pertanian. Jakarta.
Suhardiyono. 1992. Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Eriangga.
Jakarta.